Sebuah Upaya dalam menghargai sebuah ketidaktahuan
Tenggelam dalam hangatnya sebuah perjumpaan terkadang terasa sangat menyenangkan,
saling bersapa tanpa banyak tujuan, memberi kisah dalam indahnya perkenalan,
senyum nya yang manis dan indah menghias malam terang dengan banyak bintang di atas sana,
sungguh ku percaya pertemuan itu adalah sebuah tanda yang tak mungkin bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.
debar jantung mendistraksi kesederhanaan rasa yang tertidur pada malam dingin itu,
seketika keringat mulai bercucuran melewati pori pori,
membasahi setiap permukaan kulit yang tersapu bersih oleh angin malam.
"Akankah?" tanyaku dalam hati,
pikiranku seketika menggeliat runyam, memecah konsentrasi dalam sebuah percakapan,
"Hei!", sapanya sambil mengagetkanku,
dengan cepat aku mengalihkan pembicaraan pada hal yang menarik untuknya,
demi menjaga perasaan yang tersarabara kala itu.
Aku teringat dengan suatu cerita yang pernah mereka katakan tentangnya,
sungguh cerita itu bukan cerita yang mudah dipahami dengan sebuah logika,
butuh waktu setidaknya 76 jam untuk memahaminya,
berawalkan dari berbagai kemungkinan yang kudengar tentang dia.
pikirku, menerima kenyataan adalah sikap yang bijak dalam menghargai kekurangan seseorang,
tapi kerisauan ini menimbulkan tanya seolah aku hanya takut atau bahkan memijakki titik kelemahanku, tentang kejadian yang sama di masa lalu.
gak, itu gak mungkin, Tuhan pasti punya skenario terbaik untuk ini,
lantas aku, adalah pemeran utama dalam ceritanya,
sehingga tak mungkin seru bila aku kalah saat itu juga.
kuberanikan diri ini, memutar kembali idealisme,
mengacuhkan semua perkataan atau mungkin juga fakta,
tentang gelapnya sisi dirinya.
hanya aku dan juga perasaanku saat itu,
kami saling beradu emosi mencari jalan terbaik dalam kekacauan yang sedang terjadi.
sempat terfikir olehku,
apakah mungkin menanyakannya adalah jalan terbaik untuk menenangkan kegelisahan ini?
atau berterus terang kepadanya tentang apa yang kuketahui..
tentu ini hanyalah pisau bermata dua,
Menusuk dan merobek ganas hingga relung terdalamku yang masih rentan terbuka kembali.
kucoba menyibukkan diri dengan gawai di tangan,
sekedar melihat jam yang terus berganti dengan cepat,
menanti akan hadirnya ketidakmungkinan yang selalu terbesit kala mata terpejam,
apakah sang raja siang akan membangunkanku dari semua mimpi-mimpi ini?
tentunya semua hanyalah utopia fana,
yang sungguh indah kala pikir tak tersadarkan.
metafora kisah dalam lantunan musik indah penghantar masa,
memadu bait dalam setiap sentuhannya,
bening dan bersih menghias keindahan dalam setiap notasi nada,
senyum manis yang terpancar tulus, penghantar bahagia di balik layar 2x4,
sungguh, kala itu mengingatkan kembali akan arti keikhlasan.
kali ini, kali ini. kucoba untuk menutup telinga, mata, atau bicara,
membatasi semua ujaran orang tentang dirinya,
mencari kembali jalan hati yang mulai sirna,
melepas penat akan gundah gulandah rasa,
menyibukkan diri dengan pasti,
sembari sepi tak kian kunjung menghampiri lagi,
jika kau tanya mengapa,
ku jawab lantang tak mengapa,
jika kau tanya mengapa,
ku jawab lantang semua baik-baik saja,
jika kau tanya kemana,
ku jawab lirih di tempat yang sama,
jika kau tanya kemana,
ku jawab lirih di awal kisah kita bersapa,
semua hal yang kujalani adalah hal yang akan kamu lewati,
semua hal yang kupercayai adalah hal yang akan kamu ketahui,
karena aku, akan selalu menghargai,
karena aku, akan selalu menatap pasti,
menanti waktu dengan sepenuh hati,
menghantar ukur yang tak sesuai porsi,
dengan tulus memberikan arti,
akan harga sebuah jati diri,
juga akhir yang tiada pasti.
karena akulah,
sang pelaksana kisah dalam menghargai ketidaktahuan.
Ditulis pada,
_______________________
Yogyakarta, 22 September, 2021.
tulisan ini menurutku memiliki arti yang sangat dalam, ditulis dengan begitu tulus hingga mengena bagi pembaca. Thank for this writes, makes more writings like this, please.
ReplyDeletePart ini, sick bro!
ReplyDeletejika kau tanya mengapa,
ku jawab lantang tak mengapa,
jika kau tanya mengapa,
ku jawab lantang semua baik-baik saja,
jika kau tanya kemana,
ku jawab lirih di tempat yang sama,
jika kau tanya kemana,
ku jawab lirih di awal kisah kita bersapa,